Selasa, 11 Desember 2012

Unsur dan Wujud Kebudayaan

Pengertian Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan
Dari pengertian secara harfiah dapat dipahami bahwa kebudayaan merupakan gabungan dari segala aspek dalam diri mulai dari pemikiran, perasaan dan perbuatan. Kebudayaan tersebut terdiri dari 7 unsur yang terdiri dari sistem mata pencaharian, sistem religi, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem bahasa, sistem organisasi sosial, dan sisitem kesenian.
Mata pencaharian
Pemaparan yang pertama yaitu mata pencaharian, dari suatu kebudayaan pasti memiliki mata pencaharian. Secara psikiologis, seorang individu pasti berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dizaman purba pun, secara sederhana manusia memenuhi kebutuhannya misalnya dengan memburu, bercocok tanam, dan perladangan. Dengan semakin majunya peradaban, maka mata pencaharian individu pun semakin maju. Yang semula mereka hanya berusaha memenuhi kebutuhan untuk rumah tangganya sendiri menjadi lebih modern dengan menjualnya ke luar rumah.
Mata pencaharian akan selalu seiring berkembangnya peradaban manusia. Manusia akan semakin maju cara berpikirnya. Mereka semula hanya mengandalkan lahan yang mereka miliki dan lingkungan alam mereka untuk menghasilkan sesuatu. Lalu lambat laun membuat alat-alat untuk mempermudah mereka untuk mencari mata pencaharian.

Sistem Religi
Yang kedua adalah sistem religi, dalam masa prasejarah religi masih sangat sederhana. Religi adalah sebuah sistem keyakian atau kepercayaan kepada Tuhan, dewa atau hal gaib lain yang mulai diyakini dari hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Walaupun ada beberapa indi\`vidu yang menganut  paham atheisme yaitu orang yang tidak memiliki agama atau sistem religi. Para ahli antropologi mengemukakan, paling sedikit ada 8 bentuk religi di dunia:
1. Fetisism, yaitu bentuk religi berdasarkan kepercayaan akan adanya jiwa dalam bentuk benda-benda tertentu dan terdiri dari aktivitas-aktivitas keagamaan guna memuja benda-benda berjiwa. Misalnya Simegere di Mentawai
2. Animisme, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni berbagai macam ruh, dan terdiri dari berbagai kegiatan keagamaan guna memuja roh – roh tadi
3. Animatism, tidak merupakan bentuk religi, melainkan suatu sistem kepercayaan bahwa benda-benda serta tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa dan dapat berfikir seperti manusia. Kepercayaan itu tidak menyebabkan adanya kegiatan keagamaan, walaupun dapat menjadi unsur dalam suatu religi
4. Prae-animism (kadang disebut dynamism), yaitu bentuk religi berdasarkan kepercayaan pada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa dan terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada kepercayaan tersebut
5. Totemism, yaitu bentuk religi yang terdiri dari kelompok-kelompok kekerabatan unilineal yang didasarkan berasal dari para dewa dan leluhur yang terikat tali kekerabatan dan terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal masing-masing. Tiap kelompok mempunyai lambangnya (totem) sendiri dapat berupa jenis hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala alam atau benda yang melambangkan dewa leluhur kelompoknya. Contoh, suku-suku di Irian dengan tiang (mbis), atau sapi merupakan totem bagi umat Hindu India
6. Polytheism, yaitu religi yang didasarkan kepercayaan akan adanya suatu hierarki dewa-dewa dan terdiri dari upacara-upacara untuk memuja para dewa tadi
7. Monotheism, yaitu religi yang didasarkan kepercayaan adanya satu dewa, yaitu Tuhan dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan untuk memuja Tuhan tersebut
8. Mystic, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan satu Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta dan terdiri dari upacara-upacara yang bertujuan untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan tersebut.
Sistem Pengetahuan
Yang ketiga adalah sistem pengetahuan, pada hakikatnya manusia sudah dianugerahi akal oleh penciptanya. Dengan akal tersebut manusia berpikir dan menghasikan pengetahuan. Dengan pengetahuan itu mereka menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya manusia berusaha untuk bercocok tanam, mereka menggunakan pengetahuan cara bercocok tanam, tanaman yang ditanam dan sistem pengairannya.
Pengetahuan adalah landasan manusia untuk menghasilkan sesuatu. Pengetahuan digunakan untuk sesuatu untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik. Manusia selalu ingin pengetahuannya bertambah. Melalui membaca ataupun melalui belajar. Sesuai dengan peribahasa belajar lah dari buaian sampai liang lahat.
Sistem Teknologi
Keempat adalah sistem teknologi. Dalam perkembangan global saat ini, teknologi adalah suatu yang sangat dibutuhkan dan menjadi kebutuhan primer bagi semua orang. Sistem teknologi ini, berkaitan erat dengan unsur ketiga dari kebudayaan yaitu pengetahuan. Dimana sistem teknologi adalah hasil dari pengembangan pengetahuan manusia dan dorongan manusia untuk selalu menciptakan inovasi-inovasi untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang  sangat komplek.
Dan hal inilah yang menjadi dasar bagi setiap negara-negara maju untuk melakukan persaingan penciptaan teknologi yang lebih canggih. Dan tak jarang, hal ini justru membuat budaya-budaya asli dari suatu bangsa tergeser dari kehidupan masyarakat, atau disebut juga westernisasi.
Sistem Bahasa
Yang kelima yaitu sistem bahasa. Bahasa adalah suatu saluran komunikasi yang menggunakan suara yang dihubungkan satu sama lain menurut seperangkat aturan sehingga mempunyai arti. Bahasa bersifat simbolis, artinya suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun, walaupun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak hadir. Linguistik adalah studi ilmiah modern tentang bahasa, sudah dimulai sejak awal abad ke- 17.
Bahasa sebagai alat komunikasi dibagi menjadi dua yaitu bahasa verbal dan non verbal. komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. Yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan ertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Bahasa tidak berhasil jika salah satu pelaku tidak memperhatikan dengan baik.
Organisasi Sosial
Sistem yang keenam adalah organisasi sosial, yaitu cara-cara perilaku manusia yang terorganisir secara sosial meliputi sistem kekeraban, sistem komunitas, sistem pelapisan sosial, sistem politik. Sesuai dengan pandangan sosiologi bahwa, dimana selama masyarakat masih ada sesuatu yang dihargai maka masih ada pelapisan sosial. Pelapisan itu akan membentuk organisasi sosial.
Seorang individu tidak bisa lepas dengan individu lain. Untuk bisa berkomunikasi atau berhubungan dengan individu lain maka harus mengadakan komunikasi dengan membentuk organisasi sosial. Sebuah masyarakat harus ada pemimpin dan yang dipimpin. Melalui organisasi sosial inilah hal tersebut terbentuk.
Sistem Kesenian
Yang ketujuh adalah sistem kesenian. Manusia selalu menginginkan dan menghargai sebuah keindahan. Kesenian adalah hasil cipta dari sebuah keindahan. Kesenian, yaitu tentang gagasan-gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng atau syair. Seni adalah produk jenis perilaku manusia yang khusus dengan penggunaan kreatif imajenasi manusia untuk menerangkan, memahami dan menikmati kehidupan.
Wujud Kebudayaan
Ke tujuh aspek unsur kebudayaan ini akan membentuk tiga wujud kebudayaan yaitu ideas, activities dan artifacts menurut J. J Honigmann. Ketiga wujud ini masih diperjelas menjadi bentuk perwujudan dari nilai-nilai pemikiran, ide dan gagasan seseorang lalu melakukan tindakan sebagai perwujudan pemikirannya. Dari tindakan yang dilakukan seseorang  tersebut akan membuahkan sebuah karya sebagai hasil pemikiran dan tindakan.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2.  Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

Gerak Sejarah

a.      Definisi Gerak Sejarah
Sejarah adalah sejarah manusia. Peran sejarah hanyalah manusia saja; penulis cerita sejarah manusia pula; peminat sejarah pun adalah manusia.Jadi, masalah gerak sejarah adalah pandangan sebagai akibat dari pendapat manusia tentang dirinya.
Diri manusia
1.         Manusia yang bebas menentukan nasiib sendiri (otonom)
2.         Manusia yang tidak bebas menentukan nasibnya sendiri, nasib manusia ditentukan oleh kekuatan di luar pribadinya (heteronom)
b.      Jenis- jenis Gerak Sejarah
Ada beberapa jenis gerak sejarah, diantaranya adalah:
1.      Sejarah Horisontal
Secara sederhana sejarah dalam perspektif ini bahwa suatu peristiwa sejarah merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan bergerak ke depan. Adapun jika dalam perjalanannya suatu peristiwa itu memiliki pasang surut maka itu adalah sebuah realitas dari tahapan yang akan di capai. Contohnya seperti periodisasi sejarah indonesia antara 1908, 1928, 1945, 1966, 1998, dan seterusnya. Pada setiap kurun waktu tersebut muncul peristiwa yang menunjang lahirnya sebuah fenomena sejarah.
2.      Sejarah spiral atau siklus
Secara sederhana gerak sejarah ini memandang bahwa segala kejadian yang dialami oleh manusia adalah sebuah proses yang berulang-ulang. Artinya sebuah gerak sejarah yang terjadi pada masa kini bisa jadi adalah sebuah peristiwa yang telah terjadi pada masa sebelumnya. Meskipun pelakunya adalah orang yang berbeda namun memiliki esensi maupun kepentingan yang relatif sama. Gerak perkembangan sejarah menurut Khaldun tidaklah berupa lingkaran dan dari garis yang lurus (linier), tetapi berbentuk spiral. Pola sejarah Khaldun mirip dengan pola Spengler dan Pola Toynbee. Khaldun mengungkapkan bahwa teori kebudayaan bersifat siklus. Sehingga Khaldun beranggapan bahwa dalam sejarah manusia pola yang berlaku adalah siklus. Pola Spiral  merupakan itegrasi dari pola siklus dan pola linear. Menurut konsep ini pola sejarah disamping menunjukkan pengulangan juga terus bergerak maju, tidak berputar di tempat. Disini doktrin kesinambungan dan perubahan bergabung menjadi satu dalam pola tersebut. dengan kata lain, menurut konsepsi ini, umat manusia cukup kreatif dalam menciptakan hal-hal yang ada dalam perjalanan sejarah.  
Pola spiral yang dikemukakan Khaldun, misalnya negara, bahwa setiap kali negara mencapai klimak kejayaannya, seiring itu pula akan memasuki masa senja dan mulai mengalami keruntuhan untuk digantikan oleh negara lain yang baru. Kemudian negara baru itu tidaklah mulai dari nol, tetapi dengan mengambil sebagian dari peninggalan, warisan, dan tradisi negara yang lama. Negara baru itu melengkapinya, menciptakan kebudayaan yang lebih maju dan berbeda dari negara sebelumnya. Meskipun memang pada mulanya perbedaannya tidak begitu kontras,  namun lama kelamaan kontras.
Gerak perkembangan menurut Khaldun berarti gerak ke depan dan tak terbatas, serta selalu bertujuan pada kerentanan dan kerusakan. Oleh karenanya, berdasarkan pada contoh negara diatas, sejarah itu merupakan kisah negara-negara yang muncul, tumbuh dan hancur. Kehancuran itu sendiri merupakan sesuatu yang pasti dan satu-satunya hal yang dapat terhindar dari kehancuran adalah perkembangan
3.      Sejarah Berkelanjutan dan tidak berkelanjutan
Dalam perspektif sejarah ini adalah bahwa suatu peristiwa sejarah muncul karena adanya kesempatan dan perubahan. Artinya peristiwa sejarah bisa terjadi bilamana dalam geraknya ada kesempatan untuk merubah hal tersebut. Tapi bisa jadi dalam prosesnya untuk menjalankan peristiwa sejarah tersebut, akan hadir sebuah tantangan yang membuat seorang pelaku sejarah terpaksa maupun tidak terpaksa untuk mengubah cara berjalan sejarahnya tersebut.

Cara Menanggulangi Pencemaran Tanah

Limbah domestik yang berjumlah sangat banyak memerlukan penanganan khusus agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Oleh karena itu, sangatlah bijaksana jika setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.
Sampah organik yang terbiodegradasi dapat diolah, misalnya dijadikan bahan urukan, ke-mudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll.
1.      Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara penanganan yang terbaik dengan pendaur-ulangan sampah.
2.      Mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti pestisida.
3.      Mengolah limbah industri dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau kelaut.
4.      Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.

Rabu, 21 November 2012

Masyarakat Plural dalam Kajian Politik Etnik

Bidang yang paling menampakkan adanya perpaduan antara masyarakat plural dalam kajian politik etnik adalah dalam bidang politik. Banyak sisi perpolitikan kita yang memperlihatkan kaum minoritas dan mayoritas. Perbedaan itu ditujukan oleh perbedaan kesukuan. Indonesia memang terdiri dari ratusan suku bangsa.
Kita ambil salah satu contonya di bidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) daerah yang paling banyak menampilkan perwakilannya adalah dari suku Jawa. Berbagai hal dapat menjadi alasan persepsi ini. Karena faktor memang banyak para pemimpin atau perwakilan birokrasi dari jaman kerajaan sampai pemerintahan penjajah Hindia-Belanda adalah orang Jawa.
Hal ini semakin menunjukkan sebuah jurang perbedaan ataupun ketimpangan antar suku. Dari jaman Hindu-Budha suku Jawa memang sudaah terlihat terdepan atau lebih unggul dibanding suku-suku lain. Alasan lain adalah karena dalam bidang pendidikan, dipulau Jawa memang lebih unggul. Dan dipulau Jawa adalah pusat pemerintahan bangsa kita.
Contoh lain adalah dalam hal pemimpin bangsa yaitu presiden dari Sukarno sampai SBY, semua adalah orang dari suku Jawa. Untuk contoh ini, alasan terkuat namun tidak dapat dibenarkan muncul ditengah masyarakat. Adanya mitos bahwa Presiden bangsa kita haruslah orang Jawa. Nampak tidak relevan dengan zaman sekarang yang sudah modern. Kenapa mitos tersebut terus tumbuh ditengah masyarakat Indonesia.
Di Indonesia saat ini, terdapat kebudayaan politik yang berkembang di masyarakat. Budaya Politik Hirarki yang Tegar. Titik tolak dari budaya ini adalah sebuah pola budaya yang dominan, yang berasal dari kelompok etnis  yang dominan pula yaitu kelompok etnis jawa. Secara lebih spesifik budaya dijabarkan sebagai sebuah anggapan yang berkembang di masyarakat, khususnya dikalangan birokrat. Dimana para birokrat sering kali menampakkan diri dengan self-image atau citra-diri yang bersifat benevolent, yaitu dengan ungkapan sebagai pamong praja yang melindungi rakyat, sebagai pamong atau guru/pendidik bagi rakyatnya. Kalangan ppenguasa harus menampakkan diri sebagai kelompok yang pemurah, baik hati, dan pelindung dari seluruh rakyatnya. Akan tetapi, sebaliknya, kalangan penguasa memiliki persepsi yang merendahkan rakyat. Karena penguasa sudah begitu baik hati maka selayaknya rakyat harus patuh dan melayani rakyat. Menurut analisis Anderson, konsep tentang kekuasaan dalam masyarakat jawa berbeda sekali dengan apa yang dipahami oleh masyarakat barat. Karena bagi masyarakat jawa kekuasaan itu pada dasarnya bersifat konkret, besarannya konstan, sumbernya homogen dan tidak berkaitan dengan persoalan legitimasi. Berbeda hal dengan masyarakat Barat, dimana kekuasaan itu bersifat abstrak dan berasal dari berbagai sumber, seperti uang, harta kekayaan, fisik, kedudukan,asal-usul, dan lain sebagainya.